Selada merupakan tanaman sayuran yang sudah
umum dalam kalangan masyarakat khususnya para petani sayuran.Selada yang
merupakan famili Aseteraceae (compositae) merupakan sayuran yang mempunyai
banyak manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia dengan kandungan yang
terdapat pada sayuran selada selada mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi
setelah kubis krob, kubis bunga dan brokoli. Sehingga seiring dengan
perkembangan sistem budidaya, selada sudah saatnya pula dikembangkan dengan
cara organik.
Pertanian organik merupakan sistem pertanian
yang bertujuan untuk tetap menjaga keselarasan (harmoni) dengan sistem alami
dengan memanfaatkan dan mengembangkan semaksimal mungkin proses-proses alami
dalam pengelolaan usaha tani. Sehingga dengan adanya pertanian organik akan
lebih menjaga ekosistem pertanian, kesuburan tanah dan keanekaragaman hayati. Kegunaan pertanian organik adalah meniadakan
atau membatasi keburukan budidaya kimiawi dan resiko yang ditimbulkan.
Sistem budidaya selada organik merupakan
pertanian secara organik dengan memanfaatkan bahan organik dalam teknis
budidayanya, sehingga di Indonesia khususnya di kota batu ini memungkinkan
dikembangkan tanaman sayuran secara organik karena ditinjau dari aspek
klimatologi di Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan budidaya selada secara
organik.
Perkembangan sistem budidaya tanaman
khususnya hortikultura, pertanian organik seharusnya digalakkan dalam pola
bididaya oleh para petani. Pelaksanaan budidaya pertanian organik tidak selalu
berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Ada faktor yang menjadi kendala
dalam pelaksanaan budidaya, sehingga perlunya adanya sebuah identifikasi dalam
mengatasi masalah-masalah dalam pertanian organik khusunya budidaya selada.Dalam penerapan budidaya organik ditemui
beberapa kaendala yang berupa keruahan (bulkiness) pupuk organik, takaran harus
banyak dan dapat mengahadapi persaingan dengan kepentingan lain dalam cukup
banyak.
Sistem budidaya sayuran organik, alternatif dalam pemecahan
merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam pertanian organik.Hal tersebut
dikarenakan masih minimnya dan kurang digalakkannya pertanian organik.Produk
pertanian organik yang kita gunakan selama ini hasil dari pertanian
konvensional. Maksud dalam kegiatan proses produksi mengikutsertakan bahan
anorganik untuk tujuan mendapatkan hasil yang tinggi. Pada akhirnya aplikasi
pupuk kimia dan pestisida tidak terelakkan. Penggunaan pupuk dan pestisida yang
terus menerus dan melebihi dosis yang diperlukan sudah menjadi kebiasaan petani
Indonesia pad umumnya. Hal ini berakibat fatal bagi pertanian di Indonesia.
Setiap musim tanam di suatu daerah pertanian sering terdengar kabar adanya
gagal panen karena tingginya serangan hama dan penyakit. Pemberian pupuk yang
tidak mengenal takaran mengakibatkan lahan menjadi tidak subur dan terjadi
pengerasan lapisan tanah olah. Selain itu juga terjadi polusi air dan udara,
hal lain yang ditakutkan konsumen adalah residu pestisida pada produk pertanian
yang akan dimanfaatkan. Konversi dari pertanian anorganik menjadi organik akan
menemukan kendala yang dapat mengganaggu produktifitas baik secara kualitas
maupun kuantitas.
Selada tumbuh baik di dataran tinggi
(pegunungan).Di dataran rendah kropnya kecil-kecil dan cepat
berbunga.Pertumbuhan optimal pada tanah yang subur banyak mengandung humus,
mengandung pasir atau lumpur. Suhu yang optimal untuk tumbuhnya antara 15-20 0C,
pH tanah antara 5-6,5. Waktu tanam terbaik adalah pada akhir musim
hujan.Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau dengan pengairan
atau penyiraman yang cukup.Jenis tanah yang disukai selada romaineadalah
lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih mengandung
humus.Meskipun demikian, selada romaine masih toleran terhadap tanah yang
miskin hara asalkan diberi pengairan dan pupuk organik yang memadai.
2. Pembibitan Tanaman Selada Romaine
Biji dapat langsung ditanam di lapangan,
tetapi pertumbuhan tanaman lebih baik melalui persemaian. Sebelum disemai,
benih direndam dahulu dalam air hangat (500C) atau dalam larutan
Previcur N (1 ml/l) selama satu jam. Benih disebar merata pada bedengan
persemaian dengan media berupa campuran tanah + pupuk kandang/kompos (1:1),
kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari.Bedengan persemaian diberi
naungan/atap screen/kasa/plastik transparan. Persemaian ditutup dengan screen
untuk menghindari serangan OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan ke
dalam bumbunan yang terbuat daun pisang/pot plastik dengan media yang sama
(tanah + pupuk kandang steril). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap
ditanam di lapangan setelah berumur 3-4 minggu atau sudah memiliki empat sampai
lima daun.Penanaman dan Pemeliharaan
3. Penanaman
Sebelum penanaman media tanam harus disesuaikan dengan syarat tumbuh tanaman selada. Selada dapat tumbuh dengan baikpada tanah liat berpasir yang baik, dengan kandungan unsur hara sekitar 50-75 kg N per Ha, 100-150 kg/Ha, asam fosfat, dan kalium 50-75 kg/Ha. Penggunaan Pupuk kandang atau tanah tanaman juga harus diperhatikan dalam penyiapan media tanam.
Untuk penanaman dilakuakan dengan jarak tanam
antara 20-35 cm. Hal ini bertujuan untuk menghindarin
kerapatan antar tanaman dan berfungsi sebagai aerasi udara dan mengoptimalkan
pencahayaan dalam proses fotosintesis
4. Pemeliharaan
Untuk memelihara tanaman selada yang pertama kali
diperhatikan adalah musim. Musim sangat penting untuk menentukan jangka waktu
penyiraman.Penyiraman normal pada musim kemarau dua kali sehari yaitu spada
pagi dan sore hari.Sedangkan untuk musim hujan, cukup sekali pada saat sore
hari. Namun bila air dirasa teralu berlebih, maka tidak perlu penyiraman sama
sekali.
Selain penyiraman, juga perlu diadakan
penjarangan.Yaitu pencabutan tanaman selada yang tumbuh dengan jarak yang
terlalu dekat. Diperlukan juga tindakan penyulaman, yaitu penggantian tanaman
selada romaine yang mati akibat hama, penyakit ataupun gagal tumbuh.
Pemeliharaan selanjutnya adalah penyiangan.
Proses ini merupakan upaya untuk menghindari gangguan gulma atau tanaman
pengganggu semisal rumput yang bisa menghambat pertumbuhan selada. Pemupukan
secara berkala dan penyemprotan pestisida bisa perlu, juga diupayakan secara
teratur sehingga selada dapat tumbuh dengan sehat dan lebat.Penyiangan biasanya
dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman selada romaine, disesuaikan dengan
kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman.Biasanya penyiangan dilakukan 1
atau 2 minggu setelah penanaman.Apabila perlu dilakukan penggemburan dan
pengguludan bersamaan dengan penyiangan.
5. Pengolahan Tanah
Pengolahan lahan untuk budidaya selada romaine tergantung pada jenis, struktur dan tekstur tanahnya. Apabila tanah yang akan dipakai sangat keras, lakukan penggarpuan terlebih dahulu, setelah itu baru dilakukan penggemburan dengan cara tanah dicangkul sedalam 20-30 cm. Kemudian bentuk bedengan dengan ukuran lebar 1 meter tinggi 15 cm dan panjang kurang lebih 10 meter atau tergantung kondisi lahan. Agar bedengan tetap kering, terutama di lahan-lahan basah seperti bekas sawah, tanah untuk bedengan ditinggikan 20 cm, dikiri dan kanan bedengan dibuat gang untuk saluran drainase. Lebar bedengan tidak diperkenankan terlalu lebar untuk memudahkan pemeliharaan.
Budidaya selada romaine memerlukan lingkungan
keasaman yang netral dengan pH ideal 5-6,8. Apabila kondisi tanah asam
sebaiknya dilakukan proses penetralan terlebih dahulu dengan kapur. Sedangkan
bila tanah terlalu basa netralkan dengan belerang atau gipsum. Misalnya, untuk
menetralkan tanah yang memiliki pH 5,5 diperlukan kapur sebanyak 0,1 kg per
meter persegi sehingga derajat keasaman naik menjadi pH 6,5. Sebaliknya untuk
menurunkan pH tanah bisa diberikan belerang atau gipsum sebanyak 0,6 kg per
meter persegi.
Untuk memperkaya humus tanah dicampur dengan
pupuk kandang yang telah matang atau pupuk kompos.Jumlah pupuk kandang yang
disarankan untuk kotoran ayam adalah 20 ton per hektar.Kalau kita menggunakan
pupuk kompos, jumlah kompos yang disarankan sebanyak 2 kg per meter
persegi.Pemberian pupuk organik bertujuan untuk menggemburkan lahan dan
mempertinggi aktifitas mikroorganisme didalam tanah.Setelah tanah dicampur
dengan pupuk kandang atau kompos, diamkan selama 2 hari, kemudian haluskan
kembali tanah dengan pencangkulan.
Setelah lahan siap pindahkan bibit selada
romaine dari tempat penyemaian.Dalam memindahkan tanaman, sebaiknya angkat
dengan tanah yang menyangga zona perakaran. Penanaman dilakukan dengan cara
ditugal atau dilubangi dengan tangan saja. Besar dan dalam lubang tanam
disesuaikan dengan perakaran bibit selada romaine yang akan dipindahkan. Atur
jarak tanam sebesar 10 x 15 cm.
6. Hama dan Penyakit Tanaman Selada
Latuca sativa kurang rentan terhadap serangga
hama dan penyakit. Jamur yang menyerang rai atau daun selada diantaranya adalah
Albugo candida, Macrospora Albugo, Brassicae alternaria, Alternaria saccardoi,
Ascochyta brassicae-junceae, Cercospora brassicicola, Cercosporella
albomaculans, Cercosporella brassicae, Cladosporium brassicicola, Collectotrichum
higginsianum, Cystopus candidus, Erysiphe polygoni, Ischnochaeta polygoni ,
phaseoli Macrophomina, Mycosphaerella brassicicola, braminis Ophiolobus,
Ovularia indica, Peronospora parasitica, Plasmodiophora brassicae, Puccinia
aristidae, debaryanum Pythium, Rhizoctonia solani, sclerotiorum Sclerotinia,
Sclerotium rolfsii. Bakteri meliputi: campestris Erwinia carotovora dan
Xanthomonas. sedangakan penyakit virus umum adalah Brassica virus 2, Mosaik
turnip kuning, Virus kuning, Ringspot kubis hitam, Mosaik kukitachina, Mosaik
mentimun, Mosaik lobak. Namun hama dan
penyakit yang sering menyerang budidaya selada cos ini adalah:
- Jangel (Bradybaena similaris ferussac), bentuknya seperti siput berukuran 2 cm. Hama ini menyerang tanaman di segala umur. Biasa bersembunyi pada pangkal daun bagian dalam. Serangan hama ini membuat daun berlubang.
- Tangek (Parmalion pupilaris humb), bentuknya mirip dengan jangel namun tidak memiliki siput. Akibat serangannya sama membuat lubang pada daun. Hama ini lebih banyak menyerang di musim kemarau dibanding musim hujan.
- Busuk lunak (soft rot), penyebabnya bakteri Erwinia Carotovora. Penyakit ini menyerang bagian daun. Serangan dimulai dari tepi daun, warna daun menjadi coklat kemudian layu. Selain bisa menyerang tanaman yang masih ditanam, penyakit ini juga bisa menyerang selada yang siap diangkut ke pasar.
- Busuk pangkal daun, penyebabnya Felicularia Filamentosa. Penyakit ini menyerang pangkal daun, serangan biasa terjadi menjelang panen.
7. Pengendalian Hama dan
Penyakit
Dalam budidaya selada romaine organik, tidak diperbolehkan menyemprot hama dan penyakit dengan pestisida sintetis. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan memperhatikan pemupukan, kebersihan kebun, rotasi tanaman dan kalau terpaksa lakukan penyemprotan dengan pestisida nabati.
Penyiraman teratur dan pemupukan yang tepat
terbukti efektif mengendalikan hama. Namun, pengendalian hama yang paling
efektif adalah dengan melakukan budidaya tanaman sehat, mengatur kebersihan
lingkungan seperti menjaga irigasi dan drainase serta menjamin kecukupan
nustrisi bagi tanaman terutama untuk kekebalan tubuh tanaman itu sendiri
seperti unsur kalium. Unsur kalium bisa didapatkan dengan menambahkan
bahan-bahan daun bambu pada saat pembuatan kompos.
Hama dan Penyakit
a. Hama
1. Serangga ulat daun (Spodoptera Plusia
Hymenia)
Gejala: Daun berlubang.
Pengendalian secara manual yaitu dengan
mengambil ulat daun atau cukup dengan menggoyangkan tanaman.
Sedangakan untuk pencegahan dapat dilakukan
dengan cara menggunakan biopestisida organik dengan konsentrasi 100 ml/liter.
Cara penggunaan dengan disemprotkan atau disiram ke tanaman pada pagi atau sore
hari.
2. Serangga kutu daun (Myzus persicae Thrips
sp.)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu.
Pengendalian: secara manual dengan cara menggoyangkan tanaman.
Sedangakan untuk pencegahan dapat dilakukan
dengan cara menggunakan biopestisida organik dengan konsentrasi 100 ml/liter.
Cara penggunaan dengan disemprotkan atau disiram ke tanaman pada pagi atau sore
hari.
3. Serangga ulat tanah (Agrotis ipsilon hufn)
Gejala: Akar putus dan layu.
Pengendalian: menagkapi ulat pada sore hari,
menggenangi air pada lahan selama 24 jam.
Sedangakan untuk pencegahan dapat dilakukan
dengan cara menggunakan musuh alami berupa apanteles sp dan penyemprotan insektisida
seperti dursban 20 EC, furadan 3 G di sekitar pangkal tanaman.
b. Penyakit
1) Rebah kecambah Penyebab: cendawan Phytium
sp.
Gejala: menginfeksi batang daun maupun batang
daun.
2) Busuk basah Penyebab: cendawan Rhizoctonia
sp.
Gejala: adanya bercak – bercak putih.
3) busuk daun Penyebab: cendawan bremia
lactucae regel.
Gejala: menginfeksi batang daun dan daunnya.
8. Pupuk dan Bahan Organik
Bahan/pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi.Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, selain itu peranannya cukup besar terhadapperbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organic yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus atau bahan organik tanah.
Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari
sisa tanaman umumnya sedikit mengandung bahan berbahaya. Namun penggunaan pupuk
kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos/pupuk
organik cukup mengkhawatirkan karena banyak mengandung bahan berbahaya seperti
misalnya logam berat dan asamasam organik yang dapat mencemari lingkungan.
Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini justru terkonsentrasi
dalam produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung
bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3).NBahan/pupuk organik dapat berperan
sebagai “pengikat” butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam
pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas,
penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan organik
dengan C/N tinggi seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada
perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang
terdekomposisi seperti kompos.
9. Dosis
Pemupukan
Tanaman membutuhkan unsur hara untuk
melakukan proses-proses metabolisme, terutama pada masa vegetatif. Diharapkan
unsur yang terserap dapat digunakan untuk mendorong pembelahan sel dan
pembentukan sel-sel baru guna membentuk organ tanaman seperti daun, batang, dan
akar yang lebih baik sehingga dapat memperlancar proses fotosintesis. Dengan
demikian fotosintat yang dihasilkan dari proses tersebut dapat digunakan pada
oragan tanaman yang membutuhkan. Pemberian pupuk organik cair dapat
meningkatkan jumlah daun, jumlah cabang, fruit set, luas daun umur, indeks luas
daun umur, panjang akar, volume akar.
10. Pola Tanam
Penanaman secara organik dapat dilakukan dengan sistem
monokultur atau polikultur. dari kedua sistem tersebut, polikultur paling
banyak dugunakann karena memiliki banyak kelebihan. Kelebihan monokultur adalah
teknis budidaanya relative mudah karena tanaman yang ditanam hanya satu jenis,
disisi lain kelemahan dari sistem ini adalah tanaman relatif lebih mudah
terserang hama dan penyakit. Sedangkan pada sistem polikultur atau disebut pola
tanam lebih dari satu jenis tanaman mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
Mengurangi hama dan penyakit tanaman
Hal ini karena perbedaan jenis tanaman akan
menjadikan perbedaan hama dan penyakit yang menyerang sehingga tanaman tidak
mudah terserang hama dan penyakit yang sama.
Menambah kesuburan tanah
Contoh dari kelebihan ini adalah pada tanaman
kacang-kacangan yang dapat menghasilkan unsure N dalam tanah, sehingga tanaman
yang ditanam bersamaan dengan kacang tanam pertumbuhannya kan lebih baik dan
tanah akan menjadi lebih subur.
Siklus hidup hama dapat terputus
Sistem rotasi tanaman dapat memutus siklus
hidup hama dan penyakit tanaman.
Memperoleh hasil panen yang beragam
Penanaman lebih dari satu jenis tanaman akan
menghasilkan penen yang beragam.
11. Panen
Umur panen selada + 35 hari setelah tanam atau. Pemanenan usia
yang tepat adalah untuk memenuhi kebutuhan pasar. Cara panen yaitu dengan
memilih tanaman yang sudah siap panen melihat fisik tanaman seperti warna,
bentuk dan ukuran daun dengan cara mencabut seluruh tanaman beserta akarnya.
12. Pasca panen
Tanaman yang baru dipanen, ditempatkan di
tempat yang teduh agar tidak cepat layu dengan cara diperciki air. setelah itu
ada beberapa hal yaitu penyortiran, pencucian dan pengemasan.
Penyortiran: Sortasi dilakukakan dengan cara memisahkan bagian daun yang tua,
rusak, busuk atau sakit. Disamping itu juga dilakukan penggolongan terhadap
daun besar dan yang daun kecil.Setelah itu diikat sesuai dengan ukuran besar
dan kecil.
Pencucian hasil panen pada air yang mengalir
dan bersih, atau air yang disemprotkan melalui selang maupun pancuran. Sebelum
pencucian secara keseluruhan, dilakukan pembuangan bagian yang rusak akibat
layu maupun serangan hama dan penyakit.
Pengemasan dilakukan menggunakan plastik
dengan cara meniriskan air terlebih dahulu pasca pencucian. Hal tersebut
bertujuan agar sayuran tidak membusuk akibat suhu terlalu lembab jika terkena
sinar matahari langsung.
13. Permasalahan Dalam Proses Budidaya
Masalah yang masih dihadapi dalam proses budidaya selada secara organik adalah tentang pengendalian hama dan penyakit. Hal tersebut dikarenakan masih banyak penanganan secara manual karena masih sedikitnya pestisida organik untuk penanggulangan hama dan penyakit dalam proses budidaya secara organik.
Selain itu, pangsa pasar yang masih sedikit
dalam penjualan hasil pertanian sehingga skala budidaya tidak terlalu
besar.Kemungkinan hal ini disebabkan harga sayuran organik yang jauh lebih
mahal dibanding sayuran anorganik, sehingga pangsa pasar adalah kalangan
menegah atas. Hal tersebut menjadikan kebutuhan permintaan pasar yang terlalu
sedikit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar